Langsung ke konten utama

[Opini] Upaya Mencegah Konflik SARA

 
Sumber Gambar : Pexels. Illustrasi seorang wanita yang sedang di diskriminasi


Seiring berjalannya waktu, teknologi informasi berkembang pesat. Perkembangan teknologi memungkinkan orang untuk berinteraksi tanpa terganggu oleh jarak dan membuka peluang untuk menjangkau orang-orang dari seluruh dunia. Namun, perkembangan teknologi informasi yang pesat juga memiliki dampak positif dan negatif bagi masyarakat.
    
Salah satu dampak negatifnya adalah konflik SARA. Konflik SARA muncul dari perbedaan pendapat yang bersifat diskriminatif dan dapat menimbulkan kebencian. Perkembangan teknologi informasi yang mudah dapat mempercepat penyebaran masalah SARA ke lingkungan yang lebih luas.
Indonesia adalah negara yang beragam. Oleh karena itu, isu SARA menjadi sangat penting ketika membahas identitas warga negara Indonesia. SARA adalah singkatan dari Suku, Agama, Ras dan Antargolongan, dan mengacu pada tindakan berdasarkan pemahaman emosional tentang identitas, yang meliputi keturunan, suku, agama, tradisi dan sejenisnya.
Ada tiga jenis tindakan yang melanggar SARA: tindakan individu, kelembagaan dan budaya yang harus dicegah karena dapat menimbulkan kebencian dan konflik. Ada beberapa cara pencegahan konflik SARA, antara lain preventif, represif, dan remedial. Tindakan preventif dilakukan sebelum timbul konflik dengan memberikan pendidikan dan pemahaman tentang keragaman suku, budaya dan agama di Indonesia serta mengedepankan toleransi, kerjasama, gotong royong, saling menghargai dan menghargai antar suku, agama dan bangsa lain. Untuk mengakhiri konflik yang timbul, dilakukan tindakan represif dengan membubarkan paksa kelompok atau lembaga yang melakukan tindakan diskriminatif, menangkap pelakunya, dan lain-lain. Kuratif digunakan dalam upaya penanganan akibat konflik SARA. Tindakan untuk mengatasi masalah ini dapat berupa dukungan bagi korban kekerasan atau diskriminasi, kerja sama damai, dll. Hal ini untuk mencegah konflik yang sama terulang kembali. Untuk mencegah terjadinya konflik SARA, pendidikan multikultural yang membangun keseimbangan antara memahami persamaan dan perbedaan budaya dapat mendorong individu untuk mempertahankan dan memperluas perspektif budaya dan budayanya sendiri. Beberapa aspek kunci implementasi pendidikan multikultural dalam struktur sekolah adalah tidak ada kebijakan yang mencegah toleransi dan tidak ada penghinaan terhadap ras, suku atau gender. Selain itu, pendidikan multikultural juga harus mengedepankan kepekaan terhadap perbedaan budaya seperti pakaian, musik dan makanan kesukaan, memberikan kebebasan kepada anak untuk merayakan hari besar keagamaannya, dan memperkuat sikap anak sehingga merasa perlu berpartisipasi dalam demokratisasi Keputusan. Contoh peristiwa SARA di Indonesia adalah peristiwa Buni Yani yang menyebarkan video Ahok dari Al Maidah. Buni Yani telah resmi ditetapkan sebagai tersangka dalam dugaan penyebaran informasi kebencian berdasarkan pernyataan/tulisan berbasis SARA yang ia bagikan di akun Facebooknya. Polisi menganggap perbuatan Bun sebagai tindak pidana karena menyertakan video kesaksian Basuki Tjahaja Purnama yang berpotensi menimbulkan keributan. Kasus Buni Yani mengikuti garis kronologis yang panjang. Usai mengunggah video tersebut, viral video kiprah Ahok di Kepulauan Seribu di media sosial. Video yang diunggah Buni Yan itu membuat ribuan peserta Aksi Bela Islam turun ke jalan menuntut Ahok diadili. Gerakan masif itu juga dilatarbelakangi oleh sikap religius MUI yang menganggap Ahok melecehkan agama. Pendidikan multikultural yang dilaksanakan dalam sistem pendidikan nasional diharapkan dapat menjadi sarana untuk menjembatani perdamaian di masyarakat di tengah pluralisme yang ada. Hal ini terlihat pada muatan pendidikan multikultural yang menghadirkan sikap dan prinsip dalam kaitannya dengan demokrasi, kesetaraan dan keadilan. Mengembangkan sikap yang mengakui, menerima dan menghargai keragaman budaya. Dengan adanya fitur tersebut, konflik SARA dapat dicegah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Revolutif Hijau Urban Kota Tua Jakarta

Sumber Foto: Dokumen Pribadi Melangkah ke dalam jantung Kota Tua Jakarta, kita tidak hanya menyusuri gang-gang bersejarah, tetapi juga merasakan nafas baru yang dibawakan oleh revolusi hijau. Tidak lagi sekadar pusat kegiatan sejarah, Kota Tua kini menjadi landasan eksperimen untuk menciptakan keseimbangan antara warisan dan keberlanjutan. Proyek revitalisasi mencakup perluasan taman kota yang tidak hanya memberikan udara segar tetapi juga menciptakan ruang bagi warga kota untuk berkumpul dan berinteraksi. Bangunan bersejarah yang sebelumnya bersifat statis, kini hidup kembali dengan sentuhan modernitas, mengadopsi teknologi efisiensi energi dan penggunaan bahan ramah lingkungan. Satu contoh nyata terlihat pada Restoran Taman Fatahillah yang menyatu dengan kebun di sekitarnya. Konsep bangunan ini tidak hanya merestorasi bangunan bersejarah tetapi juga menciptakan model untuk pengelolaan limbah dan penggunaan energi yang bertanggung jawab. Keterlibatan masyarakat adalah kunci

Gua Sha, Teknik Kecantikan Tradisional Tiongkok

Sumber Foto : Pexels Di era yang semakin maju dengan teknologi kecantikan yang semakin canggih, teknik sederhana dari masa lalu seperti Gua Sha telah mendapatkan perhatian baru sebagai bagian penting dari perawatan kulit alami. Berakar dalam tradisi Tiongkok kuno, Gua Sha adalah bentuk pijat wajah yang melibatkan penggunaan alat khusus untuk menggosok lembut kulit wajah. Walaupun tampak sederhana, praktik ini telah mendapatkan popularitas karena manfaatnya yang potensial bagi kecantikan. Salah satu manfaat utama dari Gua Sha adalah peningkatan peredaran darah. Nmun, penting untuk diingat bahwa Gua Sha harus dilakukan dengan hati-hati dan dengan pelumas yang tepat, seperti minyak kulit. Teknik yang kasar atau terlalu keras bisa merusak kulit. Oleh karena itu, jika Anda ingin mencoba Gua Sha, disarankan untuk mencari bimbingan dari seorang ahli atau terapis yang berpengalaman dalam teknik ini. Dengan menggerakkan alat Gua Sha secara lembut di sepanjang wajah, peredaran darah ditingkatkan

(Opini) Kebebasan Perempuan Muslim Berhijab di Eropa

Sumber Foto : Pexels Kebebasan memakai hijab bagi perempuan Muslim di Eropa tidak hanya merupakan hak asasi individu, tetapi juga langkah mendukung pluralisme budaya yang semakin mendefinisikan masyarakat kontemporer. Opini ini bertujuan untuk mengamati pentingnya mendukung kebebasan berhijab sebagai suatu wujud hak asasi dan pengakuan terhadap keanekaragaman budaya. Kebebasan memakai hijab adalah pengakuan terhadap hak asasi manusia, termasuk hak kebebasan berpakaian dan beragama. Melarang atau membatasi hak ini dapat dianggap sebagai intervensi yang tidak sah dalam keputusan pribadi seseorang. Kebebasan berhijab juga melibatkan hak untuk mengikuti nilai-nilai spiritual dan agama. Ini adalah cara untuk menghormati dan merayakan kekayaan spiritualitas yang membentuk identitas individu. Dukungan terhadap kebebasan berhijab merupakan langkah untuk mendorong pluralisme budaya di Eropa. Ini memungkinkan masyarakat untuk merangkul dan menghargai perbedaan, menciptakan lingkungan yang lebih