Di tengah jingga senja yang memudar,
Seorang anak perempuan merindu teramat.
Nenek yang menjadi penuntun dan cahaya,
Kini tersembunyi di balik tirai waktu yang gelap.
Dulu, kebahagiaan adalah cerita malam,
Di dalam pelukan hangat sang nenek.
Namun, sekarang, hampa memenuhi ruang,
Dan kenangan menari-nari di antara bayang.
Jejak kenangan tertinggal di setiap sudut rumah,
Seperti aroma harum kue nenek di dapur.
Tapi, di sudut hati yang sunyi dan resah,
Nenek pergi meninggalkan secercah kesedihan.
Anak perempuan, meratap dalam senyap,
Menguburkan wajahnya di antara bantal.
Neneknya, penyejuk di hari panas,
Kini bersembunyi di antara bintang-bintang.
Namun, di balik kerinduannya yang mendalam,
Anak perempuan menemukan kekuatan.
Mewarisi kebijaksanaan yang terpahat dalam kata-kata,
Dari bibir neneknya yang kini terdiam.
Dalam doa-doa malam yang dalam,
Anak perempuan menyampaikan rindu dan penghargaan.
Meski fisik terpisah oleh sekat waktu,
Cinta dan pelajaran nenek abadi dalam hati.
Dengan setiap langkah yang diambil,
Anak perempuan membawa warisan berharga.
Neneknya, seperti bintang yang tetap bersinar,
Menyinari perjalanan hidup yang penuh makna.
Komentar
Posting Komentar